Agroforestry di KPH Lakitan Bukit Cogong

 

Estimasi nilai ekonomi riil lahan hutan, saat ini masih sangat rendah sehingga memicu terjadinya konversi hutan atau deforestasi.  Menurut Prof. Dodik Ridho Nurrochmat (Guru besar Fakultas Kehutaan IPB) bahwa estimasi nilai riil berbagai lahan lahan per meter persegi per tahun yaitu 1) Lahan Hutan senilai Rp 400, 2) Lahan Sawah senilai Rp. 1.500, 3) Lahan Sawit senilai Rp. 3.800, 4) Lahan Perumahan senilai Rp. 40.000 dan 5) Lahan hortikulura senilai Rp 48.000.

Bagaimana dengan Agroforestry? tentu berpotensi sangat besar apabila dikembangkan dengan jenis-jenis MPTS unggul dan salah satunya adalah Durian bawor.

Wilayah Kelola KPH Lakitan Bukit Cogong sebagian besar telah diokupasi oleh masyarakat untuk kegiatan budidaya perkebunan dan pertanian, sehingga dalam RPHJP yang telah disahkan pada tahun 2014, dalam kegiatan Rehabilitasi dengan pola Agroforestry. Pola Agroforestry dengan tanaman pokok dipilih jenis-jenis Tanaman Unggulan Lokal (TUL) seperti Bambang lanang, pulai, jelutung, jabon, gaharu dan lainnya. Jenis MPTS yang dipilih adalah Durian Bawor, Nangka, Petai dan lain-lain. Sedangkan tanaman sela jenis serei wangi serta tanaman semusim selain padi juga jagung.

Pemilihan jenis-jenis tersebut secara bertingkat yaitu jangka pendek, menengah dan jangka Panjang diharapkan secara berkesinambungan memberikan alternatif pendapatan masyarakat sekitar hutan dengan pola Agroforestry. Jangka pendek dihasilkan dari tanaman semusim (jagung, padi), jangka menengah dari tanaman sela dan MPTS serta jangka panjang diperoleh dari tanaman pokok, bisa berupa pohon.

Jenis Durian sangat cocok dipilih sebagai salah satu jenis MPTS dalam kegiatan RHL di wilayah KPH, hal tersebut dibuktikan melimpahnya durian di Wilayah Kabupaten Musi Rawas dan sekitarnya. Namun demikian harga nya relatif murah sehingga perlu dipilih jenis Durian Bawor yang harganya relatif lebih tinggi dibanding durian lokal. Hanya dalam jangka waktu + 4 tahun telah berbuah sehingga petani binaan KPH dapat mendapatkan pendapatan dalam waktu relatif singkat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nya.

 

cloud
cloud

Agroforestry di KPH Lakitan Bukit Cogong


Agroforestry di KPH Lakitan Bukit Cogong

 

Estimasi nilai ekonomi riil lahan hutan, saat ini masih sangat rendah sehingga memicu terjadinya konversi hutan atau deforestasi.  Menurut Prof. Dodik Ridho Nurrochmat (Guru besar Fakultas Kehutaan IPB) bahwa estimasi nilai riil berbagai lahan lahan per meter persegi per tahun yaitu 1) Lahan Hutan senilai Rp 400, 2) Lahan Sawah senilai Rp. 1.500, 3) Lahan Sawit senilai Rp. 3.800, 4) Lahan Perumahan senilai Rp. 40.000 dan 5) Lahan hortikulura senilai Rp 48.000.

Bagaimana dengan Agroforestry? tentu berpotensi sangat besar apabila dikembangkan dengan jenis-jenis MPTS unggul dan salah satunya adalah Durian bawor.

Wilayah Kelola KPH Lakitan Bukit Cogong sebagian besar telah diokupasi oleh masyarakat untuk kegiatan budidaya perkebunan dan pertanian, sehingga dalam RPHJP yang telah disahkan pada tahun 2014, dalam kegiatan Rehabilitasi dengan pola Agroforestry. Pola Agroforestry dengan tanaman pokok dipilih jenis-jenis Tanaman Unggulan Lokal (TUL) seperti Bambang lanang, pulai, jelutung, jabon, gaharu dan lainnya. Jenis MPTS yang dipilih adalah Durian Bawor, Nangka, Petai dan lain-lain. Sedangkan tanaman sela jenis serei wangi serta tanaman semusim selain padi juga jagung.

Pemilihan jenis-jenis tersebut secara bertingkat yaitu jangka pendek, menengah dan jangka Panjang diharapkan secara berkesinambungan memberikan alternatif pendapatan masyarakat sekitar hutan dengan pola Agroforestry. Jangka pendek dihasilkan dari tanaman semusim (jagung, padi), jangka menengah dari tanaman sela dan MPTS serta jangka panjang diperoleh dari tanaman pokok, bisa berupa pohon.

Jenis Durian sangat cocok dipilih sebagai salah satu jenis MPTS dalam kegiatan RHL di wilayah KPH, hal tersebut dibuktikan melimpahnya durian di Wilayah Kabupaten Musi Rawas dan sekitarnya. Namun demikian harga nya relatif murah sehingga perlu dipilih jenis Durian Bawor yang harganya relatif lebih tinggi dibanding durian lokal. Hanya dalam jangka waktu + 4 tahun telah berbuah sehingga petani binaan KPH dapat mendapatkan pendapatan dalam waktu relatif singkat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nya.

 


 Unduh Berkas sini.

1177
262   2

Ada pertanyaan mengenai pengalaman ini ? Diskusikan pada kolom komentar ini