Hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Soerianegara, 1987). Secara administrasi mangrove tersebar di 3 Kecamatan (Betayau, Sesayap Hilir dan Tana Lia) dan 11 Desa (Bandan Bikis, Bebakung, Bebatu, Buong Baru, Maning, Menjelutung, Sambungan, Sengkong, Tanah Merah, Tanah Merah Barat dan Tengku Dacing) (Overlay Peta Mangrove Nasional - Peta Administrasi Tata Pemerintahan Kabupaten Tana Tidung). Kabupaten Tana Tidung memiliki luas mangrove 33.534,07 Ha berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang terdiri dari 1,31% mangrove jarang, 88,75% mangrove lebat dan 9,94% mangrove sedang.

               

Gb 1. Sebaran Spasial Mangrove di Kab. Tana Tidung                  Gb 2. Kondisi Tambak dan Mangrove di Desa Bebatu

Hutan mangrove masuk kedalam salah satu program prioritas nasional khususnya terkait rehabiitasi mangrove yang tercantum dalam RPJMN Tahun 2020-2024. Hal ini tidak lepas dari peran lanskap mangrove Indonesia tidak hanya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ketahanan pangan, mata pencaharian, keanekaragaman hayati, dan meningkatkan tutupan hutan dan lahan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam mendukung komitmen Indonesia terhadap mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon. Dalam mendukung percepatan rehabilitasi mangrove, Provinsi Kalimantan Utara melalui bantuan program Mangrove for Coastal Resiliance (M4CR) selama 3 tahun kedepan (2023-2025) akan merehabiitasi 25.543 Ha mangrove pada 4 Kabupaten mulai dari Tana Tidung, Tarakan, Buungan dan Nunukan.

   

Gb 3. Audiensi Percepatan Rehabilitasi Mangrove bersama Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara dan KPH bersama BRGM

Persiapan dimulai dengan penyiapan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan penyusunan rancangan kegiatan rehabilitasi mangrove, yang mana dalam pelatihan ini dijelaskan secara umum mengenai karakteristik mangrove, teknik PADIATAPA, pendekatan-pendekatan rehabilitasi mangrove, teknik penyusunan Rancangan Anggaran Biaya dan rancangan teknis pada beberapa tipologi lokasi baik tambak aktif, pinggir mangrove dsb. Hal ini penting untuk memberikan pemahaman ke masyarakat sekitar lokasi rehabilitasi serta meningkatkan keberhasilan rehabilitasi. Akhir dari pelatihan ini, masing-masing peserta melakukan presentasi dan diskusi mengenai perencanaan anggaran, teknis pelaksanaan serta kondisi riil lapangan.

  

                                                                    Gb 4. Proses Pelatihan

cloud
cloud

Pelatihan Penyusunan Rancangan Kegiatan Rehabilitasi Mangrove oleh Balai Restorasi Gambut dan Mangrove


blog

Hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Soerianegara, 1987). Secara administrasi mangrove tersebar di 3 Kecamatan (Betayau, Sesayap Hilir dan Tana Lia) dan 11 Desa (Bandan Bikis, Bebakung, Bebatu, Buong Baru, Maning, Menjelutung, Sambungan, Sengkong, Tanah Merah, Tanah Merah Barat dan Tengku Dacing) (Overlay Peta Mangrove Nasional - Peta Administrasi Tata Pemerintahan Kabupaten Tana Tidung). Kabupaten Tana Tidung memiliki luas mangrove 33.534,07 Ha berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang terdiri dari 1,31% mangrove jarang, 88,75% mangrove lebat dan 9,94% mangrove sedang.

               

Gb 1. Sebaran Spasial Mangrove di Kab. Tana Tidung                  Gb 2. Kondisi Tambak dan Mangrove di Desa Bebatu

Hutan mangrove masuk kedalam salah satu program prioritas nasional khususnya terkait rehabiitasi mangrove yang tercantum dalam RPJMN Tahun 2020-2024. Hal ini tidak lepas dari peran lanskap mangrove Indonesia tidak hanya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ketahanan pangan, mata pencaharian, keanekaragaman hayati, dan meningkatkan tutupan hutan dan lahan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam mendukung komitmen Indonesia terhadap mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon. Dalam mendukung percepatan rehabilitasi mangrove, Provinsi Kalimantan Utara melalui bantuan program Mangrove for Coastal Resiliance (M4CR) selama 3 tahun kedepan (2023-2025) akan merehabiitasi 25.543 Ha mangrove pada 4 Kabupaten mulai dari Tana Tidung, Tarakan, Buungan dan Nunukan.

   

Gb 3. Audiensi Percepatan Rehabilitasi Mangrove bersama Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara dan KPH bersama BRGM

Persiapan dimulai dengan penyiapan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan penyusunan rancangan kegiatan rehabilitasi mangrove, yang mana dalam pelatihan ini dijelaskan secara umum mengenai karakteristik mangrove, teknik PADIATAPA, pendekatan-pendekatan rehabilitasi mangrove, teknik penyusunan Rancangan Anggaran Biaya dan rancangan teknis pada beberapa tipologi lokasi baik tambak aktif, pinggir mangrove dsb. Hal ini penting untuk memberikan pemahaman ke masyarakat sekitar lokasi rehabilitasi serta meningkatkan keberhasilan rehabilitasi. Akhir dari pelatihan ini, masing-masing peserta melakukan presentasi dan diskusi mengenai perencanaan anggaran, teknis pelaksanaan serta kondisi riil lapangan.

  

                                                                    Gb 4. Proses Pelatihan

231
2   0

Ada pertanyaan mengenai pengalaman ini ? Diskusikan pada kolom komentar ini