Perlahan terdengar lagu yang dikeramatkan oleh bangsa Indonesia itu dinyanyikan dibawah pepohonan pinus Mangunan pada 28 September 2018. Lagu “Indonesia Raya” yang dinyayikan oleh hampir 5000an peserta dan tamu pada Festival Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan Pamerasn Usaha Kehutananitu menembus lebat pohonpinus dan menyelinap diantara dedaunan dan dahan kering di Hutan Mangunan.
Irama yang menggelorakan semangat persatuan dan cinta terhadap tanah air membuncah dalam dada para peserta yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu petani-petani yang hadir. Terlihat juga barisan anak SD dan SMP yang lengkap dengan atributnya berdiri tegak sambil menyayikan lagu kebangsaan. Sementara di sebelah yang lain, para peserta tamu undangan berbaju batik yang berasal dari berbagai latar belakang profesi dengan hikmat ikut menyayikan lagu ciptaan Bapak WR. Supratman itu.
Satu persatu, runtutan acara dilewati, termasuk didalamnya penyerahan beberapa penghargaan yang diberikan kepada para penggiat kehutanan baik dari kalangan industry maupun kelompok-kelompok tani. Penghargaan ini diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai wujud pengabdian para penggiat lingkungan terhadap pengelolaan hutan yang lestari.
Beberapa penghargaan juga diberikan kepada para kepala daerah yang telah berhasil mendorong adanya perbaikan lingkungan. Para peserta yang mendapat penghargaan di berada panggung yang memang disetting seperti koloseum dengan para undangan berada di teras-teras bangku yang berundak keatas.
Lagu dari biduanita kemudian melirih seiring penabuh kentongan memukul alat multi guna tradisional itu. Dan tidak lama kemudian, suara sirine mulai terdengar, meraung-raung memecah kesunyian pagi di perbukitan Mangunan. Tampak turun dari mobil beberapa orang mengenakan jas rapi dan beberapa yang lain menggunakan kemeja lapangan putih-putih, berkacamata hitam. Ada seorang yang kemudian membukakan pintu mobil dengan plat nomer RI 1.
Sorak-sorai masyarakat sekitar yang berada diluar lokasi penghargaan menggantikan bunyi tetabuhan. Mereka ini tidak diperkenankan masuk oleh petugas keamanan karena tidak memiliki undangan. Tampak beberapa orang meneriakkan, “pak presiden-pak presiden”, ada yang meneriakkan “Jokowi, Jokowi”, bahkan ada yang meneriakkan “pakdhe-pakdhe”. Orang nomor satu di Indonesia itu turun dari mobil kepresidenan, dengan baju putih yang digulung nanggung dan disertai oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Massa disekitar terus merangsek untuk melihat lebih dekat Presiden Indonesia itu secara langsung. Tampak petugas keamanan dengan sigap membatasi masyarakat dengan membuat pagar betis. Sementara petugas yang berpakaian rapi terus berjalan di depan rombongan sambil beberapa kali melempar pandangannya ke kanan dan ke kiri dengan waspada. Tampak beberapa orang warga memaksa dan berjabat tangan dengan Jokowi.
“Aku wis salim karo Pak Presiden,” demikian kata salah seorang yang petani yang tadi ikut merangsek dalam rombongan presiden. Tampak wajah bahagia terpancar. Sementara petani yang lain merasa tidak seberuntung itu karena sigapnya petugas keamanan yang membatasi warga yang hendak bersalaman.
Sebagian ibu-ibu yang menggendong anaknya dan bapak-bapak petani lain yang tidak mendapat undangan hanya bisa melihat dari kejauhan karena mereka tidak diperbolehkan masuk kedalam lokasi. Bahkan ada yang memaksa masuk menerobos pagar kayu pinus dan mereka di minta keluar oleh petugas berseragam batik.
Sesampai di podium, Jokowi diminta memberi sambutan dan arahan oleh Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan.Menurut beliau , Hutan Pinus Mangunan memang instagramable, Bahkan beliau tahu hutan pinus Mangunan dari media social yang gencar mewartakan eksotisme wilayah ini.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan, Indonesia yang luas hutannya berada di posisi 9 terluas dunia patut bersyukur. Sebab hutan selain menjadi sumber kehidupan masyarakat juga berfungsi mengurangi emisi karbon. “Hutan Indonesia telah menjadi paru-paru dunia,” ujarnya.
Sedangkan adanya KPH-KPH adalah untuk bekerjasama dengan masyarakat disekitar hutan untuk mengupayakan peningkatan ekonomi masyarakat dengan tidak menghilangkan fungsi hutan sebagai fungsi produksi, fungsi lindung dan fungsi konservasi.
KPH ini juga berperan memfasilitasi kelompok-kelompok tani hutan supaya lebih berdaya, melalui optimalisasi produk kehutanan Sehingga produk-produk hutan yang ada bisa lebih ditingkatkan. Misalnya madu, ulat sutera,gondorukem, minyak kayu putih dan sebagainya.
“Masyarakat yang hidup disekitar hutan dan kawasan hutan harusnya makmur,” Kata Jokowi. Sudah sekitar 4 tahun yang lalu, Jokowi meminta kepada kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan untuk mendorong terbentuknya KPH yang harapannya bisa membimbing rakyat membentuk kelompok-kelompok usaha di kehutanan.
Saya memilih duduk di bangku teratas, disebelah kiri saya, duduk seorang petani yang menurut pengakuannya berusia 65 tahun. “Sekarang saya sudah tidak bisa ngarit lagi mas,”Katanya, pandangannya menerawang jauh memintal kenangan masa lalu. Menurutnya, dahulu sering masuk ke dalam kawasan hutan pinus untuk mencari rumput, tetapi sekarang tidak lagi karena rimbunnya dedaunan yang membuat sinar matahari tidak masuk ke dalam lantai hutan dan tidak memberi kesempatan rumput untuk tumbuh.
Matahari semakin beranjak naik, jam di telepon genggam telah menunjukkan pukul 11.15 WIB dan sebentar kemudian seremoni pada siang itu selesai. Rombongan Presiden RI mulai meninggalkan lokasi. Iring-iringan mobil pengawal kepresidenan dengan cepat menyusul mobil yang dinaiki oleh Presiden Jokowi yang terlebih dahulu berangkat. Kembali suara sirine, meraung-raung menuruni perbukitan Mangunan Dlingo Bantul.