Video Knowledge Asset KPH Ampang Riwo

Dari Tapak Untuk Menyelamatkan Bumi KPH Ampang Riwo.

Topik yang diangkat menggambarkan bagaimana pelaku perambah hutan terbangun kesadarannya untuk mengembalikan fungsi hutan melalui pembinaan intensif dari penyuluh KPH sehingga mau dengan kesadaran melakukan penanaman berbagai jenis tanaman keras secara swadaya di lokasi kawasan hutan yang sudah bertahun-tahun digarap dengan hanya menanam jagung

Tingkat kerusakan hutan yang terjadi di kabupaten Dompu, khususnya di KPH Ampang Riwo cukup tinggi yang dimulai sekitar tahun 2014. Kerusakan hutan ini terjadi akibat perambahan oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan areal penanaman jagung, hal ini seiring dengan dibangunnya sejumlah pabrik pengeringan jagung di Pulau Smbawa yang siap menampung produksi jagung petani. Dari aspek ekologi, hal ini menyebabkan sejumlah kawasan hutan kehilangan tutupan dan menjadi kritis, sehingga sering terjadi bencana ekologi seperti banjir dan kekeringan.  Sedangkan dari aspek usaha tani, budidaya jagung membutuhkan biaya yang relatif tinggi yang harus dikeluarkan setiap musim untuk membeli faktor produksi, seperti benih, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja serta jasa angkutan.

Kondisi di atas menimbulkan kegalauan bagi banyak kalangan, karena kondisi hutan yang rusak dengan kesuburan yang semakin menurun akibat terkikisnya humus tanah oleh erosi, sehingga mengancam produktifitas lahan, sementara petani yang menggarap kawasan hutan semakin dininakbobokan dengan budidaya jagung yang monokultur dan rakus hara.

Berangkat dari persoalan di atas, sejak tahun 2015 KPH Ampang Riwo (Saat itu masih bernama KPH Ampang Riwo Soromandi) berupaya melakukan pembinaan terhadap petani penggarap kawasan hutan agar mau merubah pola penggarapan hutan dengan pola agroforestry, karena dapat memanfaatkan ruang secara maksimal untuk berbagai komoditi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kelestarian hutan. Berawal dari keinginan tersebut dimulailah pembuatan sejumlah demplot rehabilitasi dengan pendekatan agroforestry. Lokasi demplot diharapkan menjadi lokasi pembelajaran dalam pengelolaan hutan yang arif, sedangkan petani yang terlibat dalam demplot tersebut diharapkan menjadi agen perubahan bagi petani-petani hutan lain yang secara umum masih bertahan dengan komoditi jagung yang ditanam dengan pola monokultur.

cloud
cloud

Dari Tapak Untuk Menyelamatkan Bumi KPH Ampang Riwo


Video Knowledge Asset KPH Ampang Riwo

Dari Tapak Untuk Menyelamatkan Bumi KPH Ampang Riwo.

Topik yang diangkat menggambarkan bagaimana pelaku perambah hutan terbangun kesadarannya untuk mengembalikan fungsi hutan melalui pembinaan intensif dari penyuluh KPH sehingga mau dengan kesadaran melakukan penanaman berbagai jenis tanaman keras secara swadaya di lokasi kawasan hutan yang sudah bertahun-tahun digarap dengan hanya menanam jagung

Tingkat kerusakan hutan yang terjadi di kabupaten Dompu, khususnya di KPH Ampang Riwo cukup tinggi yang dimulai sekitar tahun 2014. Kerusakan hutan ini terjadi akibat perambahan oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan areal penanaman jagung, hal ini seiring dengan dibangunnya sejumlah pabrik pengeringan jagung di Pulau Smbawa yang siap menampung produksi jagung petani. Dari aspek ekologi, hal ini menyebabkan sejumlah kawasan hutan kehilangan tutupan dan menjadi kritis, sehingga sering terjadi bencana ekologi seperti banjir dan kekeringan.  Sedangkan dari aspek usaha tani, budidaya jagung membutuhkan biaya yang relatif tinggi yang harus dikeluarkan setiap musim untuk membeli faktor produksi, seperti benih, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja serta jasa angkutan.

Kondisi di atas menimbulkan kegalauan bagi banyak kalangan, karena kondisi hutan yang rusak dengan kesuburan yang semakin menurun akibat terkikisnya humus tanah oleh erosi, sehingga mengancam produktifitas lahan, sementara petani yang menggarap kawasan hutan semakin dininakbobokan dengan budidaya jagung yang monokultur dan rakus hara.

Berangkat dari persoalan di atas, sejak tahun 2015 KPH Ampang Riwo (Saat itu masih bernama KPH Ampang Riwo Soromandi) berupaya melakukan pembinaan terhadap petani penggarap kawasan hutan agar mau merubah pola penggarapan hutan dengan pola agroforestry, karena dapat memanfaatkan ruang secara maksimal untuk berbagai komoditi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kelestarian hutan. Berawal dari keinginan tersebut dimulailah pembuatan sejumlah demplot rehabilitasi dengan pendekatan agroforestry. Lokasi demplot diharapkan menjadi lokasi pembelajaran dalam pengelolaan hutan yang arif, sedangkan petani yang terlibat dalam demplot tersebut diharapkan menjadi agen perubahan bagi petani-petani hutan lain yang secara umum masih bertahan dengan komoditi jagung yang ditanam dengan pola monokultur.


 Unduh Berkas sini.

117
1   0

Ada pertanyaan mengenai pengalaman ini ? Diskusikan pada kolom komentar ini