MINYAK ATSIRI SEREI WANGI DI KPH LAKITAN – BUKIT COGONG

Kegiatan Rehabilitasi Lahan yang dilakukan di wilayah KPH dengan pola Agroforestry. Sebagai tanaman pokok dipilih jenis-jenis tanaman kehutanan yang merupakan Tanaman Unggulan Lokal (TUL) antara lain: Bambang lanang, pulai, jabon, Gaharu dan Jelutung. Adapun jenis MPTS yang pilih yaitu karet, durian bawor, nangka, kayu putih dan lainnya.  Kebiasaan bercocok tanam masyarakat di Sumatera Selatan dengan cara menugal untuk di tanami padi. Program KPH dengan mengganti tanaman padi dengan jenis serei wangi sebagai tanaman sela.

Minyak Atsiri sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah KPH. Salah satu yang dikembangkan KPH adalah Minyak serei wangi. Dengan kapasitas produksi 1 ton, KPH dapat memproduksi Atsiri serei wangi dengan rendemen 0,6 - 1% Dan diolah menjadi produk turunan berupa Minyak Aromaterapi dan Sabun

Sampai saat ini telah tertanam + 12 ha tanaman sela serei wangi jenis mahapengiri, baik di dalam Kawasan hutan maupun di luar Kawasan hutan. Tanaman di dalam Kawasan hutan di tanam di wilayah tertentu yang dikelola secara swakelola maupun kerja sama dengan kelompok tani hutan. Sedangkan di luar Kawasan bekerja sama dengan BUMDES Citra Kencana. Rata-rata dalam satu rumpun menghasilkan 3-5 kg, sehingga apabila dalam satu ha tanaman sela serei wangi sebanyak 4000 rumpun akan menghasilkan minimal 12 ton.

Masyarakat sangat antusias dalam kegiatan pengembangan serei wangi. Hal ini karena petani mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil panen tanaman sela tersebut pada umur 6 bulan untuk panen pertama dan selanjutnya pada umur 3 bulan setelah panen.  Namun demikian karena keterbatasan alat penyulingan  yang dimiliki oleh KPH, sehingga penanaman serei wangi lebih luas dibatasi menunggu ketersediaan mesin penyulingan dengan kapasitas yang lebih besar.

Pengolahan atsiri yang dikembangkan oleh KPH, difasilitasi oleh Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP) Wilayah V Palembang. Sarana produksi yang ada sampai saat ini sebanyak 3 unit alat penyulingan dengan kapasitas 1 ton sebanyak 1 unit dan kapasitas 100 kg sebanyak 2 unit. Produk utama yang dihasilkan berupa essential oil serei wangi. KPH juga mencoba mengembangkan produk turunan dari minyak serei wangi tersebut menjadi minyak aroma terapi dan sabun. Namun karena legalitas untuk produk-produk turunan tersebut yang belum mendapatkan ijin dari BPPOM sehingga belum dikembangkan secara luas.

 

cloud
cloud

MINYAK ATSIRI SEREI WANGI DI KPH LAKITAN – BUKIT COGONG


MINYAK ATSIRI SEREI WANGI DI KPH LAKITAN – BUKIT COGONG

Kegiatan Rehabilitasi Lahan yang dilakukan di wilayah KPH dengan pola Agroforestry. Sebagai tanaman pokok dipilih jenis-jenis tanaman kehutanan yang merupakan Tanaman Unggulan Lokal (TUL) antara lain: Bambang lanang, pulai, jabon, Gaharu dan Jelutung. Adapun jenis MPTS yang pilih yaitu karet, durian bawor, nangka, kayu putih dan lainnya.  Kebiasaan bercocok tanam masyarakat di Sumatera Selatan dengan cara menugal untuk di tanami padi. Program KPH dengan mengganti tanaman padi dengan jenis serei wangi sebagai tanaman sela.

Minyak Atsiri sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah KPH. Salah satu yang dikembangkan KPH adalah Minyak serei wangi. Dengan kapasitas produksi 1 ton, KPH dapat memproduksi Atsiri serei wangi dengan rendemen 0,6 - 1% Dan diolah menjadi produk turunan berupa Minyak Aromaterapi dan Sabun

Sampai saat ini telah tertanam + 12 ha tanaman sela serei wangi jenis mahapengiri, baik di dalam Kawasan hutan maupun di luar Kawasan hutan. Tanaman di dalam Kawasan hutan di tanam di wilayah tertentu yang dikelola secara swakelola maupun kerja sama dengan kelompok tani hutan. Sedangkan di luar Kawasan bekerja sama dengan BUMDES Citra Kencana. Rata-rata dalam satu rumpun menghasilkan 3-5 kg, sehingga apabila dalam satu ha tanaman sela serei wangi sebanyak 4000 rumpun akan menghasilkan minimal 12 ton.

Masyarakat sangat antusias dalam kegiatan pengembangan serei wangi. Hal ini karena petani mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil panen tanaman sela tersebut pada umur 6 bulan untuk panen pertama dan selanjutnya pada umur 3 bulan setelah panen.  Namun demikian karena keterbatasan alat penyulingan  yang dimiliki oleh KPH, sehingga penanaman serei wangi lebih luas dibatasi menunggu ketersediaan mesin penyulingan dengan kapasitas yang lebih besar.

Pengolahan atsiri yang dikembangkan oleh KPH, difasilitasi oleh Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP) Wilayah V Palembang. Sarana produksi yang ada sampai saat ini sebanyak 3 unit alat penyulingan dengan kapasitas 1 ton sebanyak 1 unit dan kapasitas 100 kg sebanyak 2 unit. Produk utama yang dihasilkan berupa essential oil serei wangi. KPH juga mencoba mengembangkan produk turunan dari minyak serei wangi tersebut menjadi minyak aroma terapi dan sabun. Namun karena legalitas untuk produk-produk turunan tersebut yang belum mendapatkan ijin dari BPPOM sehingga belum dikembangkan secara luas.

 


 Unduh Berkas sini.

250   0
Bagikan :

Ada pertanyaan mengenai pengalaman ini ? Diskusikan pada kolom komentar ini