Cerita dari lapangan,
Wagimin ketua LPHD Lubuk Rumbai “Impian saya ingin mengembangkan asap cair dengan alat yang besar kapasitas”
Pak Wagimin, demikian sapaan akrab Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lubuk Rumbai ini dikenal oleh warga dan koleganya. Wagimin dan kelompoknya telah membentuk Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). KUPS adalah kelompok perhutanan sosial yang telah melakukan usaha di bidang perhutanan sosial dan diakui atau terdaftar pada Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, atau Kepala Dinas yang membidangi Kehutanan di Kabupaten/Kota setempat. Usaha yang telah dikembangkan Pak Wagimin dan anggota kelompoknya yang berjumlah 34 orang yaitu usaha pengelolaan getah karet dan asap cair yang diberi nama CK Bombay.
Latar belakang pilihan usaha komoditi karet bagi LPHD Lubuk Rumbai karena dalam wilayah izin seluas 198 ha terdapat 152 ha perkebunan karet. Usaha pengolahan getah karet ini telah dimulai sejak tahun 2016. Selanjutnya untuk usaha produksi asap cair sendiri bahan bakunya berasal dari pohon karet yang tidak terpakai lagi. Pemanfaatan limbah kayu karet ini sebagai satu cara memanfaatkan limbah kayu karet dan mencegah kebakaran telah dimulai sejak tahun 2019. CK Bombay selain dapat digunakan sebagai pupuk dan mengusir walang sanit (hama) dan berbagai penyakit. CK Bombay dapat juga digunakan juga untuk membantu menaikkan kadar kering karet (K3) saat proses pembekuan karet serta dapat menghilangkan bau.
LPHD Lubuk Rumbai sendiri telah memasarkan CK Bombay ke perusahaan-perusahaan diantaranya ke PT. Wahana Agung Sejahtera (WAS) dan PT. Rinjani Parahita Nusantara (RPN). Adapun untuk usaha getah karet dipasarkan ke beberapa perusahaan diantaranya PT Bumi Belita Abadai (BBA), PT. Wahana Agung Sejahtera (WAS) dan PT. Kirana Windu (KIWI).
“FIP 2 telah membantu kami membangun rumah pengolahan karet, membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL), pengadaan peralatan pengolohan getah karet menjadi blanket, serta pembelian mesin crumb rubber. Sangat membantu, kami sampaikan terima kasih”, ungkap Wagimin. Hanya saja saat ini kami masih terkendala khususnya pemasaran CK Bombay yang belum mampu memproduksi asap cair dalam kapasitas yang besar. “Kapasitas produksi kami dengan peralatan yang ada hanya mampu memproduksi 10-15 liter per hari dan harga yang masih hanya berkisar 10.000/liter. Padahal permintaan pasar lebih besar tetapi kemampuan produksi kami masih terbatas.
CK Bombay menurut penuturan Wagimin pernah dipasarkan melalui berbagai market place online, face book dan dipasarkan langsung ke beberapa kota seperti ke Bogor dan Bengkulu. Hanya saja karena kendala kapasitas alat yang kurang besar untuk memproduksi CK Bombay ini, maka pemasaran ke luar kota tak memenuhi permintaan pasar.
“Waktu itu karena alatnya kurang besar sehingga target produksi tak terkejar, kami terlambat mengirimkan produk, membuat pelanggan marah lalu memutuskan hubungan kerjasama“, demikian Wagimin haru mengingat kembali pengalaman pemasaran CK yang belum berhasil luas.
Kiranya melalui kerjasama dan dengan dukungan para pihak, LPHD Lubuk Rumbai yang didampingi KPH Lakitan Bukit Cogong Sumatera Selatan ini ke depan makin maju dan dapat memenuhi permintaan pasar yang luas dengan kapasitas yang lebih besar. (Ebe/191021)