Paludikultur adalah pemanfaatan lahan gambut yang selalu basah. Paludikultur dikembangkan dengan tujuan untuk membasahi kembali lahan gambut yang sebelumnya dikeringkan/didrainase, sehingga memungkinkan pembentukan kembali atau pemeliharaan jasa ekosistem gambut, seperti penyerapan dan penyimpanan karbon, penyimpanan air dan nutrisi, serta pendinginan iklim lokal dan penyediaan habitat untuk hidupan liar. Paludikultur dalam masyarakat seringkali telah dipraktekan namun tidak dengan sebutan ini. Sekolah lapang paludikultur ini  difasilitasi oleh GIZ-PROPEAT dan telah dilaksanakan sebanyak dua kali dengan tema pengolahan kompos/pupuk organik dan perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif serta budidaya padi rawa dan budidaya ikan gabus di lahan gambut.

Sekolah lapang ini langsung dipraktekkan oleh Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Bebatu pada areal demplot agroforestry seluas 3000 m2 selama satu hari. Demplot agroforestry ini berisi tanaman sayuran, lokasi budidaya haruan, greenhouse tanaman kayu dan demplot padi Jenis tanaman yang dijadikan bahan praktek adalah tanaman durian, jeruk sunkist dan rambutan untuk perbanyak dengan metode sambung. Media tanam untuk perbanyakan ini adalah campuran dari tanah dan kotoran walet. Beberapa hasil pertanian dari demplot ini telah dinikmati oleh pengelola demplot. Pemanfaatan gambut masih terbatas oleh pengetahuan dan informasi yang ada, kendala seperti hasil produk yang kerdil/cacat, hasil panen terbatas dan kesesuaian komoditas menjadikan peningkatan pengetahuan seperti sekolah lapang penting bagi masyarakat. Output dari kegiatan ini adalah peningkatan kapasitas terhadap KUPS dan LPHD khususnya paludikultur.

cloud
cloud

Sekolah Lapang Paludikultur : Desa Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung


blog

Paludikultur adalah pemanfaatan lahan gambut yang selalu basah. Paludikultur dikembangkan dengan tujuan untuk membasahi kembali lahan gambut yang sebelumnya dikeringkan/didrainase, sehingga memungkinkan pembentukan kembali atau pemeliharaan jasa ekosistem gambut, seperti penyerapan dan penyimpanan karbon, penyimpanan air dan nutrisi, serta pendinginan iklim lokal dan penyediaan habitat untuk hidupan liar. Paludikultur dalam masyarakat seringkali telah dipraktekan namun tidak dengan sebutan ini. Sekolah lapang paludikultur ini  difasilitasi oleh GIZ-PROPEAT dan telah dilaksanakan sebanyak dua kali dengan tema pengolahan kompos/pupuk organik dan perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif serta budidaya padi rawa dan budidaya ikan gabus di lahan gambut.

Sekolah lapang ini langsung dipraktekkan oleh Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Bebatu pada areal demplot agroforestry seluas 3000 m2 selama satu hari. Demplot agroforestry ini berisi tanaman sayuran, lokasi budidaya haruan, greenhouse tanaman kayu dan demplot padi Jenis tanaman yang dijadikan bahan praktek adalah tanaman durian, jeruk sunkist dan rambutan untuk perbanyak dengan metode sambung. Media tanam untuk perbanyakan ini adalah campuran dari tanah dan kotoran walet. Beberapa hasil pertanian dari demplot ini telah dinikmati oleh pengelola demplot. Pemanfaatan gambut masih terbatas oleh pengetahuan dan informasi yang ada, kendala seperti hasil produk yang kerdil/cacat, hasil panen terbatas dan kesesuaian komoditas menjadikan peningkatan pengetahuan seperti sekolah lapang penting bagi masyarakat. Output dari kegiatan ini adalah peningkatan kapasitas terhadap KUPS dan LPHD khususnya paludikultur.

3   0
Bagikan :

Ada pertanyaan mengenai pengalaman ini ? Diskusikan pada kolom komentar ini