TARAKAN - Belum sadar, belum tahu ? Ketidaksengajaan atau pembiaran ? Yang pasti, kasus pembakaran hutan dan lahan didalam kawasan lindung maupun sekitar kawasan lindung masih saja terjadi di Kota Tarakan. Terakhir, kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berada di Kelurahan Kampung 6, tepatnya di Gang Latimojong 2 RT 15 pada Kamis (24/8) sore. 

Berdasarkan informasi yang diterima tim patroli pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Dalkarhutla) UPTD KPH Kota Tarakan, kebakaran itu berada di lahan milik warga yang terletak diluar kawasan lindung. Namun, lokasi kebakaran itu berhampiran dengan kawasan permukiman dan dekat dengan batas kawasan lindung. 

Tak tunggu lama, tim pun menuju lokasi dimaksud. Berbekal peralatan pemadaman karhutla mekanik dan manual, tim berangkat menggunakan kendaraan bermotor roda 2 dan 4. Untuk menempuh lokasi kebakaran, tim harus melalui gang seukuran 1 unit mobil yang 40 persen rute terakhirnya harus dilalui dengan hati-hati karena jalan belum tersemenisasi dan berlubang.

Setibanya di lokasi, tim mencari informasi sumber air terdekat guna memudahkan proses pemadaman. Ya, seperti prosedur tetapnya, pemadaman karhutla sedapat mungkin menggunakan peralatan mekanis agar lebih cepat diatasi. Dilanjutkan dengan peralatan manual untuk proses pemadaman sisa-sisa bara api atau api kecil.

Beruntungnya, sumber air diperoleh tak jauh dari lokasi kebakaran meskipun debit airnya sangat minim. Tim pun membuat bendungan ala kadarnya, karena sumber air yang disebut adalah aliran parit kecil yang digali warga untuk mengairi kebunnya.

Salah satu pelajaran terpenting yang harus diketahui warga, karhutla tidak terjadi pada satu titik. Namun, dengan dukungan faktor geografis dan iklim utamanya angin, api yang terjadi pada satu titik di lokasi karhutla dapat menyebar ke wilayah lainnya meski jaraknya cukup jauh dari lokasi karhutla terjadi. Buktinya, pada kejadian di Latimojong, tim mendapati adanya 4 titik api tambahan yang jaraknya cukup berdekatan dengan lokasi pertama karhutla. Ini tentu saja merepotkan tim untuk melakukan pemadaman.

Waktu pemadaman yang diperkirakan tak mencapai waktu Magrib atau sekitar 18.30 Wita, ternyata harus molor hingga pukul 21.00 Wita. 

Hasil akhirnya, api padam di semua titik kebakaran dan tidak ada korban luka atau lainnya. "Yang terpenting jaga keselamatan dan kesehatan tim pada saat melakukan pemadaman karhutla. Jaga kekompakan dan tetap berkoordinasi dengan instansi teknis terkait lainnya apabila membutuhkan bantuan penanganan karhutla," kata Kepala UPTD KPH Kota Tarakan, Ridwanto Suma pada instruksinya saat kejadian.

Data sementara yang dikumpulkan tim, luas lahan yang terbakar mencapai 3,9 hektare dengan jenis tanaman yang terbakar adalah perdu dan semak belukar. Pelaku pembakaran belum diketahui.(*/tim)

cloud
cloud

Butuh 4 Jam Padamkan Karhutla Latimojong


blog

TARAKAN - Belum sadar, belum tahu ? Ketidaksengajaan atau pembiaran ? Yang pasti, kasus pembakaran hutan dan lahan didalam kawasan lindung maupun sekitar kawasan lindung masih saja terjadi di Kota Tarakan. Terakhir, kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berada di Kelurahan Kampung 6, tepatnya di Gang Latimojong 2 RT 15 pada Kamis (24/8) sore. 

Berdasarkan informasi yang diterima tim patroli pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Dalkarhutla) UPTD KPH Kota Tarakan, kebakaran itu berada di lahan milik warga yang terletak diluar kawasan lindung. Namun, lokasi kebakaran itu berhampiran dengan kawasan permukiman dan dekat dengan batas kawasan lindung. 

Tak tunggu lama, tim pun menuju lokasi dimaksud. Berbekal peralatan pemadaman karhutla mekanik dan manual, tim berangkat menggunakan kendaraan bermotor roda 2 dan 4. Untuk menempuh lokasi kebakaran, tim harus melalui gang seukuran 1 unit mobil yang 40 persen rute terakhirnya harus dilalui dengan hati-hati karena jalan belum tersemenisasi dan berlubang.

Setibanya di lokasi, tim mencari informasi sumber air terdekat guna memudahkan proses pemadaman. Ya, seperti prosedur tetapnya, pemadaman karhutla sedapat mungkin menggunakan peralatan mekanis agar lebih cepat diatasi. Dilanjutkan dengan peralatan manual untuk proses pemadaman sisa-sisa bara api atau api kecil.

Beruntungnya, sumber air diperoleh tak jauh dari lokasi kebakaran meskipun debit airnya sangat minim. Tim pun membuat bendungan ala kadarnya, karena sumber air yang disebut adalah aliran parit kecil yang digali warga untuk mengairi kebunnya.

Salah satu pelajaran terpenting yang harus diketahui warga, karhutla tidak terjadi pada satu titik. Namun, dengan dukungan faktor geografis dan iklim utamanya angin, api yang terjadi pada satu titik di lokasi karhutla dapat menyebar ke wilayah lainnya meski jaraknya cukup jauh dari lokasi karhutla terjadi. Buktinya, pada kejadian di Latimojong, tim mendapati adanya 4 titik api tambahan yang jaraknya cukup berdekatan dengan lokasi pertama karhutla. Ini tentu saja merepotkan tim untuk melakukan pemadaman.

Waktu pemadaman yang diperkirakan tak mencapai waktu Magrib atau sekitar 18.30 Wita, ternyata harus molor hingga pukul 21.00 Wita. 

Hasil akhirnya, api padam di semua titik kebakaran dan tidak ada korban luka atau lainnya. "Yang terpenting jaga keselamatan dan kesehatan tim pada saat melakukan pemadaman karhutla. Jaga kekompakan dan tetap berkoordinasi dengan instansi teknis terkait lainnya apabila membutuhkan bantuan penanganan karhutla," kata Kepala UPTD KPH Kota Tarakan, Ridwanto Suma pada instruksinya saat kejadian.

Data sementara yang dikumpulkan tim, luas lahan yang terbakar mencapai 3,9 hektare dengan jenis tanaman yang terbakar adalah perdu dan semak belukar. Pelaku pembakaran belum diketahui.(*/tim)

0   0
Bagikan :

Ada pertanyaan mengenai pengalaman ini ? Diskusikan pada kolom komentar ini