TARAKAN – Hari kedua (4/9) Pelatihan Global Forest Watch (GFW) dibawah bimbingan mentor Mirzha Hanifah, para peserta yang sebelumnya telah diperkenalkan metode ini di hari petama, kini memasuki tahap penginputan data spasial dan lainnya kedalam aplikasi mobile, Forest Watcher.

Dijelaskan Mirzha, Forest Watcher dirancang untuk memungkinkan akses offline yang mudah ke data tentang perubahan hutan dari GFW. Aplikasi ini menampilkan perubahan hutan langsung pada perangkat seluler di tangan pengelola hutan, masyarakat adat, dan penegakan hukum di mana pun di dunia ini, tanpa memandang konektivitasnya.

“Setelah menginstal aplikasi terlebih dulu dan menyimpan data ke perangkat Anda, aplikasi mengarahkan pengguna ke pembukaan hutan terdekat – bahkan tanpa sinyal seluler. Aplikasi ini juga memungkinkan pengguna untuk mengambil foto dan mengisi formulir tentang deforestasi yang mereka hadapi, yang dapat mereka unggah saat kembali terhubung ke internet,” sebagaimana dikutip dari laman wri-indonesia.org/id.

Setelah mengunduh aplikasi tersebut, peserta diarahkan untuk melakukan akses Area of Interest (AOI) dan membuat AOI manual. Selanjutnya, peserta mulai dibimbing untuk mengoperasikan Forest Watcher didalam ruangan, sebelum pada gilirannya akan dilakukan praktek lapangan pada Kamis (5/9).

“Aplikasi ini terbilang kompleks sehingga dapat mempermudah pemantauan, pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan di lapangan pada saat adanya laporan deforestasi atau lainnya,” kata Romy Suprianto, Polisi Kehutanan Muda pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kota Tarakan.

Setelah melakukan pengenalan dan pengoperasian Forest Watcher, peserta diberikan materi pengenalan aplikasi website, dan pembuatan laporan.(*/tim)

cloud
cloud

Manfaatkan Forest Watcher untuk Lindungi Hutan


blog

TARAKAN – Hari kedua (4/9) Pelatihan Global Forest Watch (GFW) dibawah bimbingan mentor Mirzha Hanifah, para peserta yang sebelumnya telah diperkenalkan metode ini di hari petama, kini memasuki tahap penginputan data spasial dan lainnya kedalam aplikasi mobile, Forest Watcher.

Dijelaskan Mirzha, Forest Watcher dirancang untuk memungkinkan akses offline yang mudah ke data tentang perubahan hutan dari GFW. Aplikasi ini menampilkan perubahan hutan langsung pada perangkat seluler di tangan pengelola hutan, masyarakat adat, dan penegakan hukum di mana pun di dunia ini, tanpa memandang konektivitasnya.

“Setelah menginstal aplikasi terlebih dulu dan menyimpan data ke perangkat Anda, aplikasi mengarahkan pengguna ke pembukaan hutan terdekat – bahkan tanpa sinyal seluler. Aplikasi ini juga memungkinkan pengguna untuk mengambil foto dan mengisi formulir tentang deforestasi yang mereka hadapi, yang dapat mereka unggah saat kembali terhubung ke internet,” sebagaimana dikutip dari laman wri-indonesia.org/id.

Setelah mengunduh aplikasi tersebut, peserta diarahkan untuk melakukan akses Area of Interest (AOI) dan membuat AOI manual. Selanjutnya, peserta mulai dibimbing untuk mengoperasikan Forest Watcher didalam ruangan, sebelum pada gilirannya akan dilakukan praktek lapangan pada Kamis (5/9).

“Aplikasi ini terbilang kompleks sehingga dapat mempermudah pemantauan, pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan di lapangan pada saat adanya laporan deforestasi atau lainnya,” kata Romy Suprianto, Polisi Kehutanan Muda pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kota Tarakan.

Setelah melakukan pengenalan dan pengoperasian Forest Watcher, peserta diberikan materi pengenalan aplikasi website, dan pembuatan laporan.(*/tim)

62
0   0

Ada pertanyaan mengenai pengalaman ini ? Diskusikan pada kolom komentar ini