PROGRAM INVESTASI KEHUTANAN
PROYEK-II

Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Alam Lestari Berbasis Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan

img



img
KTH Toata Mandiri, Desa Olobaru saat mempraktekan cara membuat dampo atau dodol durian di rumah produk mereka. FOTO : KARTINI NAINGGOLAN/MS.

PARMOUT, MERCUSUAR – Kelompok Tani Hutan (KTH) Toata Mandiri di desa Olobaru, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) telah mendapatkan dukungan dari Proyek Forest Investment Program 2 (FIP 2) atau Program Investasi Hutan Proyek II dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan dukungan World Bank dan Danida.

Melalui proyek FIP 2 ini, KTH Toata Mandiri telah berhasil mengembangkan usaha produksi durian lokal menjadi produk unggulan berupa dampo durian atau dodol durian dan durian kupas.

Kegiatan usaha KTH Toata Mandiri yang terdiri dari 16 anggota ini, telah menularkan semangat wirausaha warga sekitar. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya warga di desa Olobaru yang juga ikut membentuk kelompok tani untuk mengembangkan usaha.

Ketua KTH Toata Mandiri, Sarman L Jimpolo mengatakan, dari dukungan proyek FIP 2, kelompok tani sudah mampu memproduksi buah durian sehingga memiliki nilai jual lebih tinggi.

“Di Desa Olobaru, durian cukup melimpah, apalagi jika musim panen. Sebagian besar warga Olobaru punya kebun durian dan ketika dijual ke pasar harganya sangat murah, apalagi kalau di borong para tengkulak. Namun dengan adanya proyek FIP 2 ini, warga yang tergabung dalam KTH Toata Mandiri sudah pintar mengolah durian menjadi produk yang memiliki nilai jual yang tinggi,” kata Sarman, Selasa (29/3/2022).

Menurutnya, dari proyek FIP 2 ini, manfaat yang dirasakan bukan hanya oleh kelompok tani yang tergabung sebagai anggota KTH Toata Mandiri, namun manfaatnya juga dirasakan warga desa Olobaru dan desa-desa tetangga lainnya. Warga tidak lagi bingung menjual hasil kebun duriannya ketika musim panen, sebab mereka bisa menjual hasil panen ke rumah produksi yang dikelola KTH Toata Mandiri.

Ketua KTH Toata Mandiri, Sarman L Tjimpolo saat memperlihatkan hasil produk unggulan durian lokal. FOTO KARTINI NAINGGOLAN/MS

Sarman menambahkan bahwa, produk olahan di KTH Toata Mandiri sudah dijual hingga ke luar provinsi, bahkan KTH telah menjalin kontrak kerjasama dengan salah satu UMKM di kota Palu.

“Kami sudah ada kontrak dengan salah satu UMKM di kota Palu, dimana dalam kontrak kerjasama itu, kami harus mengirim 30 kg durian kupas setiap bulan. Bahkan bulan ini mereka meminta hingga 50 kg,” ujarnya.

Proyek FIP 2 kata Sarman, banyak membantu pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan usaha masyarakat berbasis hutan, sehingga hutan tetap terjaga dan lestari. Apalagi desa Olobaru sering dilanda banjir, dimana salah satu akibat dari kerusakan hutan.

Ditempat yang sama kepala Desa Olobaru, Arnold mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir dibentuk KTH Toata Mandiri desa Olobaru yang sigasilitasi oleh kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Dolago-Tanggunung.

Setelah KTH dibentuk kata Arnold, dilakukan pelatihan-pelatihan dan pendampingan. Hasilnya, warga sudah mampu menciptakan beberapa produk seperti dodol durian, durian kupas, dodol biji durian, dan serbuk jahe kering.

“Awalnya warga desa tidak memahami cara mengola durian seperti saat ini. Masuknya proyek FIP 2, masyarakat sudah bisa melakukan kegiatan produktif sehingga lebih meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya.

Ronald mengungkapkan bahwa sebelum masuk proyek FIP 2 di desa Olobaru, hasil kebun durian dijual dengan harga sangat murah ke pengepul karena warga belum tahu cara pengelolaan.

Namun saat ini, warga sudah tahu kemana mereka menjual hasil kebun durian ketika panen dengan harga beli yang wajar.

Menurutnya, desa Olobaru cukup terkenal dengan hasil olahan durian, dan masyarakat yang memiliki kebun durian tidak khawatir lagi ketika musim panen, mereka sudah tahu kemana harus menjual hasil panennya.

Dukungan proyek FIP 2 kepada KTH Toata Mandiri kata Arnold, telah menularkan semangat wirausaha warga yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani.

“kelompok tani serupa diluar KTH Toata Mandiri, juga dibantu melalui sharing dana desa, dimana tim pelatihannya dari proyek FIP 2 KTH Toata Mandiri,” kata Arnold.

Semangat warga desa untuk berusaha terinspirasi dari KTH Toata Mandiri, apalagi mereka dilatih oleh tim pelatih dari KTH Toata mandiri.

FIP 2 telah dilaksanakan di 10 wilayah KPH yang tersebar di 8 provinsi dan telah bermitra dengan 95 KTH terseleksi yang memiliki usaha berbasis hutan. Ke-95 KTH ini mendapat bantuan investasi dari proyek FIP 2 untuk meningkatkan produk dan skala bisnisnya menuju kemandirian bisnis KTH.

Program Proyek FIP 2 bertujuan untuk mendukung program pembangunan KPH dan pemberdayaan masyarakat melalui strategi peningkatan kapasitas kelembagaan KPH dalam pengelolaan hutan lestari, dan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan usaha masyarakat berbasis hutan.TIN

Sumber : mercusuar.web.id


×

Informasi pengguna


Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

  • user

× Avatar
Lupa sandi?

×

Informasi pengguna


Belum ada komentar

Pengaduan GRM :