PROGRAM INVESTASI KEHUTANAN
PROYEK-II

Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Alam Lestari Berbasis Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan

img



img
Aktivitas petani Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kendilo. (Foto: Dede/RM).

RM.id  Rakyat Merdeka - Pada 21-24 Maret 2022 Rakyat Merdeka berkesempatan mengunjungi salah satu lokasi garapan Proyek Forest Investment Program 2 (FIP 2), yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kendilo. Kantor KPHP Kendilo terletak Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kehutanan Kalimantan Timur ini memiliki 10 Kelompok Tani Hutan (KTH), yakni Gawi Sabumi, Aper Sejahtera, Gunung Sampi Jaya, Alas Taka, Nyungen Jaya, Pudak Jaya, Niung Jaya, Sei Pilian, Bawo Baras, dan Aji Makmur.

Setelah melewati perjalanan cukup panjang, melalui udara, laut, dan darat, Rakyat Merdeka bersama wartawan lain, beserta rombongan dari FIP 2, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tiba di KPHP Kendilo, Senin malam (21/3). Esoknya, sekitar jam 6 pagi, kami dari rombongan bergegas ke lokasi-lokasi KTH yang tersebar di 137.495 hektar hutan. Lantaran jalan menuju ke KTH-KTH tersebut cukup ekstrem, rombongan harus naik mobil yang biasa dipakai untuk offroad.

Tujuan pertama, ke KTH Gunung Sampi Jaya, di Desa Loan. Setelah melewati pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit, kami tiba di Gunung Embun, destinasi wisata yang dikelola KTH Gunung Sampi Jaya. Meski tiba sudah pukul 8 pagi, embun tebal masih tampak. Bahkan embun yang sebelumnya tipis, tiba-tiba kembali tebal, seakan menyambut kedatangan kami.

Irhas, Ketua KTH Sampi Jaya, mengatakan, selain mengelola wisata Gunung Embun, kelompoknya juga budidaya Madu Kelulut. Usahanya tersebut sudah menghasilnya. “Setiap kali panen, minimal menghasilkan 10 liter madu,” kata Irhas, yang memiliki 15 anggota.

Usai menikmati pesona Gunung Embun dan sarapan dengan nasi kuning, kami beranjak menuju Desa Suweto, KTH Alas Taka. Jaraknya tak terlalu jauh, namun berkelok-kelok mengitari gunung dan perkebunan sawit. Jalurnya pun lebih ekstrem dari sebelumnya. Sekitar 30 menit, kami tiba di tempat produksi arang kayu milik KTH Alas Taka. Tampak bangunan terbuka yang di dalamnya berjejer 28 tong yang sudah dimodifikasi menjadi tungku pembakaran arang.

Diungkapkan Ngatiman, Ketua KTH Alas Taka, kelompoknya mengembangkan arang aktif, kebun buah, agroforestry, serta kompos. Produksi arang aktif menjadi unggulan kelompok ini. KTH ini memiliki 70 anggota, yang 30 anggotnya adalah perempuan. Dijelaskan Hairul Anam, pembuat arang, bahan baku arang menggunakan kayu Alaban. Karena kayu Alaban ini yang kualitasnya paling bagus untuk dijadikan arang. “Asap dan debunya sedikit. Selain itu arangnya lebih tahan lama,” terangnya.

Arang yang diproduksinya ini kualitas premium. Proses pembakarannya berbeda, menggunakan tungku bukan dipendam di tanah. Dalam sebulan, KTH bisa memproduksi 15 ton arang aktif. Dan sudah dipasarkan seharga Rp 5.000 per kkilogram. Selain arang aktif, KTH juga ingin membuat prodok turunan arang, seperti briket. Arang ini juga bisa menjadi sumber energi alternatif bagi masyarakat sekitar. “Di sini, gas susah dan malah. Jadi warga memakai arang untuk memasak,” jelasnya.

Anam bersyukur dan merasa terbantu dengan terbentuknya KTH Alas Taka. Dengan kegiatan di KTH ini, dia bisa menghasilkan untuk kebutuhan rumah tangganya. “Sebulan setiap anggota bisa dapat Rp 2 juta. Alhamdulillah bisa mencukupi untuk rumah tangga,” tuturnya.

Selain itu, kegiatan KTH itu juga membantu melestarikan hutan. Sebab untuk memenuhi bahan baku, mereka harus menanam pohon. Dan untuk pembuatan arang ini, mereka tidak menebang pohon, hanya memangkas rantingnya saja. Mereka juga mulai melakukan pembibitan dan penanaman pohon Alaban untuk menjaga stok bahan baku.

Usai berbincang-bincang dengan KTH Alas Taka sambil disuguhi kopi, teh serta rebusan pisang dan ubi, kami pamit. Melanjutkan perjalanan ke KTH Aper Sejahtera, Desa Saing Prupuk. Produk andalan KTH ini minyak Atsiri, hasil olahan dari sereh wangi. Jaraknya sekitar 45 menit. Namun jalurnya lebih ekstrem. Tanjakan yang harus dilalui cukup curam dan tinggi dan tanahnya lebih licin. Di tengah perjalanan, kami bahkan harus berhenti cukup lama. Sebab salah satu mobil rombongan bocor ban. Terpaksa tim harus mengganti ban terlebih dulu.

Sambil menunggu, beberapa rombongan yang sudah tak lelah, tidur di mobil. Sekitar setengah jam, perjalanan dilanjutkan. Beberapa menit kemudian kami pun tiba. Aroma wangi langsung menyambut saat kami turun dari mobil. Rupanya, di bangunan sebelah kanan, tempat pengolahan sereh wangi, sedang ada proses pemasakan. Ada empat tungku di situ. Dua berukuran sedang dan dua besar. Dua tungku besar untuk proses merebus daun sereh wangi. Sedangkan dua tungku kecil untuk pendinginan dan penguapan.

Menurut Herry Sukmana, Ketua KTH Aper Sejahtera, selain mengembangkan dan mengolah sereh wangi kelompoknya juga mengembangkan perkebunan agroforestry. Untuk pengolahan sereha wangi menjadi minyak Atsiri, kata Herry, dibutuhkan 1 ton daun sereh wangi dan menghasilkan 7 kilogram minyak Atsiri. Minyak Atsiri itu dibandrol Rp 200 ribu per kilogramnya. Sekali masak menghasilkan 3,5 liter minyak Atsiri.

“Minyak Atsiri yang kami hasilkan sudah melalui uji coba. Bebas dari plastik dan besi. Makanya dalam proses memasak, pendinginan, penguapan dan penyulingan tidak boleh menggunakan bahan berbahan plastik dan besi,” bebernya.

KTH Aper Sejahtera mempunyai 24 anggota. Sebagian dari mereka menanam sereh wangi di lahan yang sudah disiapkan. Sebagian menanam jambu Kristal. Selain itu, KTH ini juga terlibat dalam penjagaan hutan. Salah satunya dengan membentuk MPA (Masyarakat Peduli Api) yang bertugas mengantisipasi dan menjaga terjadinya kebakaran hutan.

Usia berbincang dan makan dengan sajian sambalnya yang menggugah selera, kami pamit. Sekitar jam 8 malam, kami akhirnya tiba di tempat kami menginap, tak jauh dari Kantor KPHP Kendilo. Kami pun istirahat, menyiapkan diri untuk agenda esok hari.

Rabu (23/3), sekitar jam 8.30 pagi, kami sowan ke Kantor KPHP Kendilo. Kebetulan hari itu, Muhammad Hijrafie dengan Kepala KPHP Kendilo baru ada di kantornya. Sebab, sehari sebelumnya, dia mendampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya yang tengah berkunjung ke Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), lokasi Ibu Kota Negara (IKN). Kami pun ngobrol dan berdiskusi dengan Rafie, sapaan Muhammad Hijrafie  beserta jajarannya. Lalu, berkeliling kantor melihat hasil produk KTH. Sebagai bukti nyata mendukung pelestarian alam, kami juga menanam pohon kayu Putih di depan Kantor KPHP Kendilo.

Sumber : rm.id


×

Informasi pengguna


Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

  • user

× Avatar
Lupa sandi?

×

Informasi pengguna


Belum ada komentar

Pengaduan GRM :